Panik Sepaniknya
Perjalanan dimulai seiring dengan derungan suara maricuy. Maricuy melaju mengangkut tiga pemudi yang hendak menikmati hidup (baca: kembali ke peradaban). Tawa canda menyertai perjalanan menyeruak angin panas debu.
sampai suatu ketika...
"tuh kan pada di tilang." Yosi memecah konsentrasi
pukk...pukkk... *suara tepukan tangan*
tepukan tangan itu menambah pecahnya konsentrasi yang mengakibatkan pemimpin perjalanan ini alias Lina sebagai komandan maricuy berhenti mendadak *rem ditekan sekuat-kuatnya agar secepat mungkin berhenti*. Disusul dengan Yosi yang langsung turun dari maricuy. Sedangkan aku hanya bingung menengok ke belakang mencari sang sumber suara dan kembali bingung kenapa tiba berhenti.
Bingung.
Masih bingung.
Hening.
.........
hahhahahahaahahhahahahahhahahahaaha
Tawa muncul dibalik persembunyian kebingungan.
kami tertawa bukan tanpa sebab.
kami tertawa karena menyadari kekonyolan ini.
Tiga gadis, perempuan, wanita... ya atau apalah itu yang berdiri di pinggir jalan yang mentertawai kekonyolan yang sedang terjadi.
Akibat percakapan pembuka mengenai kasus tilang pagi yang dilakukan oleh "Bapak" di daerah Sumarecon mengakibatkan tiga perempuan ini panik sepanik-paniknya tanpa alasan yang jelas. Padahal suara itu bukan untuk kami.
Aku kembali tertawa karena seorang lina yang tidak pernah panik menghadapi kasus semacam itu, ternyata sekarang berubah. Teringat saat di Karawaci dalam kasus yang sama. Padahal untuk kasus semacam itu, kami sudah diingatkan tapi tetap saja terus sampai ternyata benar terjadi.
yaa memang kekonyolan itu menambah warna dalam kehidupan walaupun itu memalukan.
Comments