Tuhan...

aaaaaahhhh... Baru kali ini aku dengar "penurunan kesadaran" terlontar bagi sesosok kuat nan gagah itu. Aku tak tahan untuk tidak meneteskan air mata. Tik... satu butiran air itu menetes-mengalir lancar dari mata sebelah kiriku. Tik... setetes lagi mengalir dari sisi sebelah kanan. Tidak tidak... tetesan berikutnya menyusul tanpa bisa kuhentikan. Tidak bisa kutahan isakan ini yang semakin lama semakin mengeras.

"Apa ini sudah menjadi waktunya?" ucapku dalam hati. ohh tidak,..tidak,,, jangan.. aku rasa aku belum siap.
"Tuhan, memang ini waktu Engkau?" tanyaku lagi belum siap. Tuhan, aku tau Engkau selalu punya waktu sendiri yang sudah Kau rancang sempurna... tapi mendengar kabar ini saja air mataku tidak bisa berhenti. bagaimana jika itu menjadi kenyataan dan mataku benar melihatnya.

"AKU SUDAH SIAPKAN ENGKAU"

Tapi Tuhan hati ini serasa hancur remuk. belum pernah aku merasa sehancur ini.


Laki-laki itu kukenal begitu gagahnya menjalani hidup ini yang terasa bagiku begitu rumit dan pelik. Ia mampu memberi kasih sayang tulus tanpa terucap untuk memintanya kembali bagi kesembilan anaknya. Didikan keras membuat kesembilannya mampu berjuang memenangkan pertarungan itu. Ya pertarungan kehidupan agar mampu berdiri tegap diatas kaki mereka masing-masing. Menjalani kehidupan dengan tempaan alam yang keras. Belum pernah kutemukan sesosok itu. Seorang lelaki yang benar-benar gagah. Tanggung jawab yang begitu besar ada di pundaknya. Demi mencari secuil kebahagiaan bagi keluarganya, ia rela membanting tulang, memutar otak, memeras tenaga, bahkan sampai daging sedikit- demi sedikit tertukar oleh senyum di wajah anak-anaknya. 
Didikan keras menuai bahagia di tiap hati anak-anaknya. Membekas indah. Dan tak akan pernah terhapus. 

Hingga akhirnya ia menuai apa yang ia tabur. Anak buah cinta dari anak-anaknya muncul satu persatu mewarnai sisa hidupnya. Aku salah satunya. Aku lahir dari seorang laki-laki juga buah cinta leaki gagah itu dengan seorang wanita perkasa. Ya aku cucu perempuan dari seorang laki-laki anak dari laki-laki bertanggung jawab itu yang saat ini sedang berada dalam setengah bumi. 

"Tuhan, aku tahu sudah begitu lama Engkau memberi bonus luar biasa baginya. Merasakan manisnya hidup yang dulunya selalu pahit dirasanya," dialogku dengan Tuhan.

"Saat ini tinggal kita siap-siap saja," kata laki-laki juga yang adalah bapakku. Tapi aku seperti patah hati benar-benar patah. 

"Sekarang mumpung masih hidup, kita selalu berdoa agar Tuhan mengampuni segala yang dilakukannya agar  saat berada di sana bahagia benar bahagia," tambah bapakku. 

Tuhan aku serahkan laki-laki yang selalu menyambutku dengan senyum dan peluk yang langsung mampir di tubuhku saat menerima kedatanganku. Waktu ini kembali kuserahkan kepadaMu. Biarlah Kau yang bekerja apakah waktu dekat ini milikMu atau waktu lain yang akan datang. 

Tuhan, jangan biarkan kesakitan yang membawanya tapi kebahagiaan yang mengantarnya padaMU. 


Comments

Popular Posts