Lima untuk Dua Puluh Sembilan

Di sore itu menuju senja, aku ingat kita duduk mencoba untuk bersepakat menyepakati apa yang sudah menjadi kesamaan dan perbedaan. Kita mencoba langkah baru bersepakat menjadi satu. Entah apa yang dipikirkan saat itu hingga berani mengambil itu. Tapi semangat menjadi satu inilah yang akhirnya membawa pada saat ini. 



Berbagai hal telah dilalui, dimulai dengan menjadi ada tanpa pengakuan menjadi ujian pertama. Serta ujian-ujian lainnya yang menghantarkan pada waktu lima ini. Bersyukur. Ya mungkin hal itu yang pertama kali terucap untuk pencapaian itu. Namun, bukan berarti tidak hanya disini karena jika pandangan terarah ke depan, disana... di depan sana sudah menanti hal tak terduga lainnya yang siap menjadi pewarna dan menjadi corak-corak indah dalam kesepakatan ini. 

Selamat bersepakat untuk yang kelima. Selamat membawa harapan hingga bertemu dengan penantian dari segala penantian. Bukan menjadi saya dan anda, melainkan kita. Memberi telinga untuk setiap kebimbangan, kelelahan, keraguan yang timbul. Menjadi mata untuk melihat sudut pandang lain. Menjadi hati saat tak terasa kasih. Memberi tangan saat membantu menjadi obat mujarab. Dan menjadi kaki yang menuntun menjalani setiap hari. 

Lima untuk kita. Lima untuk setiap yang terjadi. Lima untuk segala hal yang dilewati. Lima untuk sharing. Lima untuk setiap senyum, tawa, sedih, senang. Lima untuk kamu dengan aku dan aku dengan kamu. Lima untuk nasihat. Lima untuk harapan yang ditiupkan. Lima untuk masa mendatang. Lima untuk masa depan. dan lima untuk lima untuk yang lain. 

Aku sudah menerbangkan ke atas sana. Semoga didengar, diberkati. Bukan untuk aku atau kamu. Tapi juga untuk sekitar. 

SELAMAT LIMA UNTUK DUA PULUH SEMBILAN. 
TUHAN MEMBERKATI.



Comments

Popular Posts