Rambut
Di malam ini aku baru menyadari....
Satu, dua, tiga, empat...
Kembali aku melakukan aktivitasku seperti biasa. Aku tarik rambut yang menutupi pemandanganku.
Satu... Jatuh kembali.
Aku lanjutkan berpikir kembali.
Satu... Disusul dua..
Aku sisir sekadar meregangkan pikiran ini yang sudah kusut karna tak habis disuruh memeras isi kepala. Sekarang ku genggam 5 helai. Ku lepaskan mereka dan jatuh ke lantai.
Menyusul satu menggantung sehingga kembali mengganggu pemandanganku karna tak fokus melihat dia tak menapak di akarnya. Aku lepaskan juga ia ke lantai.
"Aaahh bagaimana ini!" umpatku.
Aku dorong rambut ke belakang di aku dapat mengikuti setiap lekuk bentuk kepalaku. Lagi-lagi hanya satu kalimat.
Cetek...cetek...cetek.... Suara keyboard laptop memenuhi isi ruangan yang sepi dan hanya aku di dalamnya.
Cetekk... Cetek... Cetek.... Cetek.....
Sudah satu jam aku duduk tanpa sebongkah kalimat yang dapat dihasilkan. Ku selisir seluruh isi ruangan, dari atas kiri- ke kanan- mulai ke bawah kiri- kanan. Betapa ku heran bukan kalimat yang kuhasilkan melainkan rontokan rambut yang begitu banyak.
Bahkan rambut ikut menderita hingga ia melepaskan ikatamnya dari akar. Seakan bosan karena terus diperas bekerja. Bekerja menghasilkan kata-kata yamg tak kunjung muncul berpindah ke layar komputer.
Kuhitung satu persatu, helai demi helai.
"Aku menantimu ...."
Sebuah penantian yang menanti untuk berakhir.
Satu, dua, tiga, empat...
Kembali aku melakukan aktivitasku seperti biasa. Aku tarik rambut yang menutupi pemandanganku.
Satu... Jatuh kembali.
Aku lanjutkan berpikir kembali.
Satu... Disusul dua..
Aku sisir sekadar meregangkan pikiran ini yang sudah kusut karna tak habis disuruh memeras isi kepala. Sekarang ku genggam 5 helai. Ku lepaskan mereka dan jatuh ke lantai.
Menyusul satu menggantung sehingga kembali mengganggu pemandanganku karna tak fokus melihat dia tak menapak di akarnya. Aku lepaskan juga ia ke lantai.
"Aaahh bagaimana ini!" umpatku.
Aku dorong rambut ke belakang di aku dapat mengikuti setiap lekuk bentuk kepalaku. Lagi-lagi hanya satu kalimat.
Cetek...cetek...cetek.... Suara keyboard laptop memenuhi isi ruangan yang sepi dan hanya aku di dalamnya.
Cetekk... Cetek... Cetek.... Cetek.....
Sudah satu jam aku duduk tanpa sebongkah kalimat yang dapat dihasilkan. Ku selisir seluruh isi ruangan, dari atas kiri- ke kanan- mulai ke bawah kiri- kanan. Betapa ku heran bukan kalimat yang kuhasilkan melainkan rontokan rambut yang begitu banyak.
Bahkan rambut ikut menderita hingga ia melepaskan ikatamnya dari akar. Seakan bosan karena terus diperas bekerja. Bekerja menghasilkan kata-kata yamg tak kunjung muncul berpindah ke layar komputer.
Kuhitung satu persatu, helai demi helai.
"Aku menantimu ...."
Sebuah penantian yang menanti untuk berakhir.
Comments